1.09.2014

[1Hari1Ayat] Duhai, yang bermuka masam


here


  1.  Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
  2.  karena telah datang seorang buta kepadanya.
  3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
  4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
  5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
  6. maka kamu melayaninya.
  7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
  8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
  9. sedang ia takut kepada (Allah), 
  10. maka kamu mengabaikannya.        

Asbabun nuzul :
Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah SAW meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah SAW bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam, dan membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan Islam. Maka turunlah surat ini sebagai teguran kepada Rasulullah SAW.

Kadang tanpa disadari, kita menampakkan raut muka masam ketika sedang memendam masalah atau beban tersendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian episode hidup kita diwarnai dengan masalah atau kesulitan. Yang kadang tanpa sengaja kita lakukan adalah membawa-bawa beban tersebut dalam hati atau pikiran, hingga tercermin melalui raut wajah. Tidak jarang, muka kusut atau masam yang tanpa sadar terpasang dengan sendirinya ini mengundang prasangka orang lain. Bisa jadi dari pasangan, rekan kerja, teman sekamar di kos-kosan, saudara, atau orang-orang terdekat kita. Mungkin dalam hati mereka bertanya-tanya "adakah sesuatu yang salah yang telah mereka lakukan pada kita?". Hal ini tentu mengakibatkan terjadinya pola interaksi yang kurang nyaman. Bahkan di beberapa kasus, menjadi sebab terjadinya salah paham.

 Kelihatan remeh, namun sejatinya tidaklah demikian. Tidak ada seorangpun yang senang berinteraksi dengan orang yang bermuka masam. Meski mungkin tidak ada kata menyakitkan yang keluar dari lisannya, namun ketidaknyamanan ketika mendapati raut muka yang tidak sedap dipandang sudah pasti mencederai keindahan interaksi. Sebaliknya, ketika kita mendapati raut wajah berseri, seolah ada transfer energi positif dan keindahan yang terpancar. Maka pantaslah ketika Rasulullah menyebut bahwa senyum adalah sedekah. Senyum sebagai pembawa pesan keramahan, kejernihan hati dan kehangatan.

Tidak mudah untuk senantiasa berupaya berwajah berseri, bagaimanapun kondisi hati. Karena sejatinya raut muka adalah cerminan jiwa. Namun tidak pernah ada yang sia-sia dari sebuah usaha. Berupaya menampilkan diri dalam kondisi terbaik ketika berhadapan dengan orang lain. Hingga tidak perlu terjadi prasangka, ketidaknyamanan, juga kesalahpahaman.



2 comments:

Menyenangkan membaca komentar dari teman-teman. :D