4.29.2013

suara teduh


Lafadz takbiratul ihramnya di musalla kantor sore ini, mengingatkan pada sepotong petang yang akan tetap terkenang.

Selepas maghrib di hari pertamamu sebagai suami.
kita kembali ke serambi masjid yang menjadi saksi ikrar pengguncang Arsy.
Kali ini, dalam balutan kemeja coklat bergaris, engkau berdiri di antara riuh canda anak-anak.
Aku menikmati caramu mengajak mereka mengenal Allah.
Suaramu, yang kuhafal dan selalu kukenal, membawakan penggal-penggal kata kebaikan.
Dan anak-anak itu, meski tak mengenalmu, mendengarkan.

Secuil makna teduh hadir.
Hingga seluruh getar dalam hati diam-diam mengiba doa.

Rabbi, tetapkan hatinya pada kebaikan.
Jagalah kami agar terus saling membersamai dalam kebaikan.
Untuk senantiasa memperjuangkan kebaikan.

Ayah,
semoga Allah senantiasa menjagamu. Menjaga azzam kebaikanmu. Menjaga nyala juangmu untuk menjaga kami dari api neraka yang menyala.

sumber

4.23.2013

Sepotong siang


Terik. Peluh berbintik. Ah,aku tak peduli. Bukankah dari dulu begini. Orang kaya berkendara jauh karena memilih restoran yang paling nyaman suasananya dan paling enak makanannya. Orang miskin,berjalan jauh menuju warung yang paling murah dengan porsi terbanyak tentunya.
Untuk lapar kali ini aku menyerah. Kepalaku berat, perut melilit, badan pun lemas setengah mati. Dengan sangat terpaksa kuseret langkah ke warung.

“Mau kemana? Mampir sini, kok cuma lewat aja”

Suara Dinda. Ternyata aku melewati depan kosnya. Aku tak begitu mengenalnya,hanya sebatas nama. Cacing di perutku pun telah tak sabar menunggu. Mudah saja untuk sedikit tersenyum,dan berlalu. Tapi,entah kenapa aku justru menghentikan langkah, menuju asal suara.
Dengan binar wajah dinda menyambutku. Kami berbincang ringan. Tak lama,dia pamit keluar sebentar. Aku menunggu sambil memelototi gambar seorang artis dan koleksi bajunya di televisi.

“Tuhan terlalu berbaik hati padanya,tapi tidak padaku.” Lancang aku menyimpulkan. Mungkin karena lapar.
Dinda kembali tak lama kemudian. Menenteng tas kresek hitam, masih dengan wajah bersinar.

“Aku seneng banget kamu mau mampir. Dan seorang tamu,wajib dijamu ” ucap Dinda riang tanpa beban. 

Disodorkannya sepiring nasi bungkus komplit dengan paha ayam,perkedel dan tempe goreng. Menu yang mungkin hanya kucicipi seminggu sekali. Itupun tidak dengan tiga lauk sekaligus.

“Yuk,makan sama-sama” kata Dinda.

Siang itu, Tuhan mencubitku. Aku lancang mempertanyakan kemurahanNya, kemudian Dia menjawab dengan segera,dalam cara sederhana. Rupiah terakhirku tetap menghuni saku. Dan aku tak hanya mendapat makanan, tetapi juga persahabatan.

“Tuhan Maha Pemurah”, ralatku dalam hati.


source

4.17.2013

dua





segala doa terindah bagimu,sayang

bagi kecintaan pada Rabbmu
bagi kemuliaan akhlakmu
bagi kebaikan dunia akhiratmu
bagi keteguhan juangmu
bagi keberkahan rizkimu
bagi kemanfaatan karenamu
bagi setiap hal baik yang luput bunda sebut

bukan hanya untuk hari ini
sebab
doa terindah bunda untukmu 
abadi


selamat membilang kembali, anakku sayang..
bunda mencintaimu,
selalu

4.03.2013

pada jingga dan biru

jika cinta ini jingga kaurasa
kuharap pengiring petang hari ini tak lebih indah
kau tahu,
senja senantiasa bercerita
pada secangkir kopi yang mendingin bisu

jika sekali ini cinta terasa biru
kuharap lukisan langit tak membatasi pandangmu
kau tahu,
tiap arakan awan dan gemintang
membawa pesan
terserak diantara selembar kertas dan pena


 
: aku ingin menghimpun warna rupa cinta

tentu,

hanya bagimu