3.26.2015

rindu, selalu

Jemari kaku-kaku.
Sejak dulu saya memang tak pernah terbiasa menuang rasa melalui ketikan jari.
Sebagai generasi jadul, goresan pena lebih memuaskan hati.

Diksi tersendat-mampat.
Dalih abadi sih karena kurang input, ya kurang baca, kurang memperhatikan, kurang mendengarkan, kurang cekatan mengabadikan kenangan.
Padahal bertebar cerita, peristiwa, juga endapan rasa.

Tergelitik bisik.
Iya, meski hilang timbul tak tentu.
Walau hanya sekadar menuruti rasa tak hambar.
Dan tentu sejauh ini tak juga kian mendekati fase 'bermanfaat bagi umat', biarlah.

Biar jemari tetap menari.
Biar rasa tetap terkata.
Biar kalimat mengikat cerita.