1.30.2014

Tentang Jualan

Lagi semangat-semangatnya nih..jadi mohon dimaklumi jika ini aja bahasannya.

Merasakan pengalaman dan euforia baru seputar peran sebagai penjual (yang juga baru berjalan beberapa hitungan). Namun alhamdulillah, dalam rentang masa sependek ini telah mendapat satu dua pelajaran yang cukup berharga.

Ada hal menyenangkan, salah satunya ketika (dengan noraknya)saya memfoto uang hasil penjualan yang pertama. Atau ketika mendapat jawaban ya atas usaha melamar sebagai reseller terpercaya.
Antara deg-degan dan kepedean ketika memilih memilah kira-kira produk mana yang akan diterima.
Merasakan ternyata capek juga ya jeprat jepret barang dagangan (padahal peran saya hanya sebagai asisten pak suami saja, sementara beliau jualah yang mengedit foto dan segala macamnya)
Sampai pada pengalaman menemukan calon customer yang butuh gamis untuk kondangan, belum berjodoh dengan gamis kami dan akhirnya justru berniat meminjam gamis koleksi pribadi saya.(hihihihi)
Lucu, dan seru!
Walaupun terselip juga pelajaran tentang kehati-hatian ekstra ketika mendapati produk sampel yang tak seindah penampakan mayanya.

Belum dua minggu, dan penjual (newbie) ini sudah sok cerita-cerita. Hahaha maafkan ya teman-teman, namanya juga lagi anget-angetnya. Harap dimaklumi saja.

Oiya, jika berkenan, monggo mampir ke rumah belanja manna
Hehehehe


1.19.2014

Jualan apa yaa?

hasil karya misua






Yak, demikianlah isi benak saya akhir-akhir ini. Pengen jualan tapi kebingungan mau jualan apa. Galau pada akhirnya. Hahahaha
Kenapa pengen jualan?
Karena kayaknya menyenangkan. Hehehehe
Selama ini selalu jadi pembeli, pengenlah sekali sekali ngerasain jadi penjualnya. Sebagai langkah awal, insha Allah memulai dari hal yang disukai, yaitu pakaian.
Masih belajar jualan, jadi mari mulai dari melamar sebagai reseller gamis dan jilbab. Dua item fashion favorit. Mencoba memasuki 9 dari 10 pintu rizki.
Semoga berkah, dan barakah.

Mohon doanya yaaaaa

[1Hari1Ayat] Merugi

here
  1. Demi masa.
  2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
  3. kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QSAl Asr 1-3)

Surat Al Asr ini, meski sangat pendek namun maknanya sangat dalam. Mengingatkan manusia tentang satu bekal yang Allah sediakan sama, namun sangat jarang meksimal termanfaatkan, yaitu waktu. Padahal dalam surat ini secara lugas disebutkan bahwa semua manusia itu merugi, kecuali orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, nasihat menasihati dalam mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran. Dengan kata lain, yang beruntung adalah yang tenggelam dalam aktivitas kebaikan, yang sibuk mengumpulkan pundi-pundi amal. Karena memang hanya ada dua pilihan cara manusia menggunakan waktunya, dengan kegiatan bernilai kebaikan maupun sebaliknya.


Beberapa hari terakhir ini, merasa sangat merugi. Disibukkan oleh berbagai hal yang kurang penting, namun cukup menguras energi. Beberapa pekerjaan kecil yang menjadi besar karena penundaan (ya, terjadi lagi!), dan hal-hal lain terkait kesenangan nan melenakan yang akhirnya mengganggu skala prioritas.
Mari kembali berbenah dan mengatur langkah

1.13.2014

[1Hari1Ayat] Bacalah!


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
(QS Al Alaq: 1)

Wahyu pertama yang turun adalah 'iqra', bacalah. Dalam pemahaman saya, membaca disini tidak terbatas maknanya hanya pada membaca ayat Qauliyah (yang tersurat) tetapi juga ayat-ayat kauniyah. Membaca tidak hanya kitab-kitab yang bermuatan ilmu, namun juga membaca tanda-tanda kebesaran Allah yang terpampang nyata di seluruh bagian alam semesta. Membaca tidak melulu menjadi kegiatan menelusuri deratan aksara, namun lebih jauh dari itu. Tidak sebatas pada pemaknaan kata demi kata, namun juga penghayatan dalam-dalam atas makna yang terangkai.

Tentu bacaan pertama dan utama kita adalah FirmanNya, Yang Maha benar. Dalam terbata pun, mengeja tiap hurufnya adalah pahala. Bahkan bernilai ganda. Pahala karena kesediaannya bersusah payah belajar, dan karena yang dia pelajari itu. Membaca Kalamullah, merupakan salah satu cara kita untuk menjaga jarak denganNya, agar tetap dekat, agar tetap ingat.

Mulai hari sabtu kemarin, Alhamdulillah dengan izin Allah, suami telah terdaftar mengikuti program ODOJ (One day One Juz). Dan melihat semangat beliau mempersembahkan kholas setiap hari rasanya menularkan energi sekaligus kecemburuan tersendiri. Mengikat komitmen untuk merampungkan satu juz (apapun yang terjadi) menjadi kenikmatan tersendiri. Semoga semangat kebaikan itu juga menular kepada saya, yang masih mencoba melakukan pemanasan sebelum benar-benar terjun ke medan perang.



Mohon doanya yaaaa

[1Hari1Ayat] Saatnya Iman Bicara

QS Al Ankabut 1-3






  1. Alif laam miim
  2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
  3. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.  

Apakah bagi orang-orang yang beriman, sesudah apa yang mereka yakini sesungguh hati terlisankan dengan lantang, lantas mereka kemudian bisa berleha-leha begitu saja?
Sekali kali tidak.
Mereka yang melisankan pengakuan itu akan diuji, untuk memberi mereka kesempatan mempersembahkan bukti. Bukti nyata terhadap segala yang mereka yakini dalam hati.

Maka tak jarang kita mendengar cerita tentang pedih perihnya perjuangan mempertahankan keyakinan. Dalam kasus muslimah dan jilbab, misalnya. Masih ada saja orang yang berupaya menghalangi hak seorang muslimah untuk menjalankan kewajiban beragamanya. Dengan alasan-alasan yang cenderung dibuat-buat sekaligus dipaksakan.
Maka di sanalah saatnya iman yang berbicara. DI titik itulah keyakinan yang tersembunyi rapat dalam hati, mewujud nyata dalam laku yang dapat diindera manusia.

Jelas bukan perkara mudah, sebab taruhannya pun luar biasa indah, ridha Allah yang mengantar pada Jannah.








#sebuah renungan pribadi

1.09.2014

[1Hari1Ayat] Duhai, yang bermuka masam


here


  1.  Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
  2.  karena telah datang seorang buta kepadanya.
  3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
  4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
  5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
  6. maka kamu melayaninya.
  7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
  8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
  9. sedang ia takut kepada (Allah), 
  10. maka kamu mengabaikannya.        

Asbabun nuzul :
Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah SAW meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah SAW bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam, dan membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan Islam. Maka turunlah surat ini sebagai teguran kepada Rasulullah SAW.

Kadang tanpa disadari, kita menampakkan raut muka masam ketika sedang memendam masalah atau beban tersendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian episode hidup kita diwarnai dengan masalah atau kesulitan. Yang kadang tanpa sengaja kita lakukan adalah membawa-bawa beban tersebut dalam hati atau pikiran, hingga tercermin melalui raut wajah. Tidak jarang, muka kusut atau masam yang tanpa sadar terpasang dengan sendirinya ini mengundang prasangka orang lain. Bisa jadi dari pasangan, rekan kerja, teman sekamar di kos-kosan, saudara, atau orang-orang terdekat kita. Mungkin dalam hati mereka bertanya-tanya "adakah sesuatu yang salah yang telah mereka lakukan pada kita?". Hal ini tentu mengakibatkan terjadinya pola interaksi yang kurang nyaman. Bahkan di beberapa kasus, menjadi sebab terjadinya salah paham.

 Kelihatan remeh, namun sejatinya tidaklah demikian. Tidak ada seorangpun yang senang berinteraksi dengan orang yang bermuka masam. Meski mungkin tidak ada kata menyakitkan yang keluar dari lisannya, namun ketidaknyamanan ketika mendapati raut muka yang tidak sedap dipandang sudah pasti mencederai keindahan interaksi. Sebaliknya, ketika kita mendapati raut wajah berseri, seolah ada transfer energi positif dan keindahan yang terpancar. Maka pantaslah ketika Rasulullah menyebut bahwa senyum adalah sedekah. Senyum sebagai pembawa pesan keramahan, kejernihan hati dan kehangatan.

Tidak mudah untuk senantiasa berupaya berwajah berseri, bagaimanapun kondisi hati. Karena sejatinya raut muka adalah cerminan jiwa. Namun tidak pernah ada yang sia-sia dari sebuah usaha. Berupaya menampilkan diri dalam kondisi terbaik ketika berhadapan dengan orang lain. Hingga tidak perlu terjadi prasangka, ketidaknyamanan, juga kesalahpahaman.



1.06.2014

[1Hari1Ayat] Insan paling mulia


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(QS AlAhzab :21) 

Al-Quran telah menuliskan namanya sebagai insan paling mulia. Tidak tanggung-tanggung, jaminan tersebut berasal dari Dzat Yang Maha Mengetahui. Dan sejarah telah mencatat kebenaran firman Allah SWT. Betapa tidak hanya para sahabat, namun orang-orang yang jelas-jelas berseberangan paham dengan beliau tidak meragukan sedikit pun ketinggian akhlaknya. Bahkan julukan Al-Amin (yang dapat dipercaya) melekat pada beliau, jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Istri beliau, Aisyah merangkum keindahan akhlaknya dengan kalimat sederhana namun sangat terang menjelaskan, bahwa akhlak Nabi SAW adalah Al Quran.

Adakah pemimpin lain yang menjelang wafatnya yang diingat adalah umatnya? Adakah tokoh besar lain yang diantara kesibukannya setiap hari menyuapi seorang Yahudi yang sudah tua dan buta dengan penuh cinta? Adakah sosok lain yang tergesa shalatnya karena teringat ada harta di rumahnya yang belum beliau sedekahkan? Adakah pembawa risalah lain yang dengan lisannya justru mendoakan orang-orang yang melempari beliau dengan batu? 

Menelusuri perjalanan hidup beliau adalah salah satu sumber inspirasi. Betapa berhimpunnya sifat-sifat mulia dalam diri beliau selalu membuat saya terpesona. Kejujuran, kecerdasan, kelemahlembutan, keteguhan hati, dan sifat-sifat kenabian yang lain adalah suri teladan yang nyata. Wujud cinta kita kepada insan paling mulia ini adalah dengan melafazkan shalawat, menghidupkan sunnahnya dan berupaya meneladani akhlaknya. 

Semoga Allah mudahkan jalan dan upaya kita membahasakan cinta, pada insan pilihan paling mulia sepanjang zaman.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

1.05.2014

[1Hari1Ayat] So Thankful For


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?


 


Ayat favorit di surat favorit saya, surat ke-55, ArRahman.

Sudah berulang kali ayat ini menjadi tempat saya akhirnya berlari. Ketika saya merasa hidup demikian sempit, dan hati dipenuhi sesak menghimpit, atau ketika saya merasa demikian enggan melakukan hal yang nyata-nyata bernilai kebaikan. Dalam berulangnya ayat ini, saya merasa berulang kali diingatkan oleh Allah, dengan amat indah. Ayat ini memaksa saya berpikir, sesudah berlimpah nikmat yang Allah berikan, masih pantaskah saya mengeluh, atau menjauh?

Sungguh saya selalu terpesona pada cara Allah membahasakan kasih sayangNya dalam ayat ini. Tidak dengan ancaman, namun dengan sebuah pertanyaan yang demikian menggugah. Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan?

Manusia, yang sejatinya telah dikaruniai nikmat demikian luar biasa, acap kali lalai dan melupakan tujuan penciptaannya. Padahal sebagai makhluk, tidak ada sedikitpun daya kecuali karena kemurahan PenciptaNya. Padahal atas penciptaannya di dunia, terkandung misi penghambaan, beribadah kepada Dzat Yang Menciptakan. Namun, kerap kali nikmat yang berlimpah itu justru melenakan, melemahkan. Manusia sibuk pada penghitungan nikmat tapi lupa mensyukurinya. Sibuk mencatat nikmat orang lain dan iri setengah mati, dan seolah lupa bahwa Allah tidak akan pernah mendzalimi hambaNya. Sibuk membandingkan dengan kenikmatan zhahir orang lain, sementara nikmat sebenarnya tidak hanya berupa hal-hal yang dapat diindera.

Ayat favorit di surat favorit saya ini, selalu akan menjadi tempat saya berlari. Untuk kembali merenung, dan menghitung. Atas nikmat Allah yang tidak akan habis tertulis jika saja lautan menjadi tinta, sudahkah saya menyadari, sekaligus mensyukuri, dengan sebaik-baiknya?



source





 


[1Hari1Ayat] Silakan menunda, dan menikmati konsekuensinya


Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain


Satu diantara kebiasaan buruk saya yang masih sering terulang adalah menunda. Menanti hingga detik-detik terakhir untuk mengerjakan segala sesuatu. "Ah, batas waktunya masih lama" itulah frase yang seringkali mengisi benak ketika dihadapkan pada sebuah tugas, atau pekerjaan. Mulanya memang tidak terasa, namun kenyataannya semakin lama ditunda, sebuah pekerjaan akan semakin berat terasa. Tumpukan yang dibiarkan tidak akan pernah menyusut dengan sendirinya, justru semakin tinggi dan semakin membebani. Ketika melihat seberapa banyak tanggungan pekerjaan, rasanya sudah capek duluan. Belum lagi segala hal yang dilakukan dengan terburu-buru hasilnya tidak pernah optimal. Namun sayangnya, saya masih sering terjebak pada skenario yang sama. Menunda, menggampangkan perkara, diam diam panik menjelang batas waktunya, tergopoh-gopoh mengerjakan, terpaksa puas dengan hasil yang tidak sempurna, lalu ketika tumpukan beban itu hilang, merasa menyesal namun tidak juga jera untuk menunda pekerjaan yang datang berikutnya.

Padahal jelas tersebut dalam AlQuran Surat Al Insyirah :7 diatas, jika telah selesai dari satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Tidak perlu ada jeda bernama penundaan diantaranya. Sebab sesungguhnya kewajiban kita selalu lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Kerap kali saya merasa 24 jam tidak cukup untuk mencoret semua item to do list hari ini, namun anehnya diantara perasaan kekurangan waktu itu, saya masih menyempatkan diri untuk menunda, dan merasa berhak menikmati istirahat barang sejenak- yang mana nanti melantur hingga melebihi alokasi waktu yang tadinya saya rencanakan.

Semoga dengan mengingat perintah Allah ini, semakin menambah semangat saya untuk memperbaiki diri, tanpa menunda lagi.

 
 

1.04.2014

21 Desember kemarin




Akhirnya tiba jugaaaaaaaa
Hari yang dinanti, ketika pertama kalinya sebagai seorang ibu, melihat penampilan perdana anak kiciknya. Momen ketika Fayyadh tampil bersama teman-teman kelas toddler dan playgroup menyanyikan lagu Kasih Ibu.
Bundanya hanya bisa terharu biru.
Rasanya baru kemarin mulut kecilnya mengeluarkan suara tangis ketika lapar, tiba-tiba 21 Desember kemarin mas Fayyadh sudah berani tampil di panggung bernyanyi bersama.

#episode klasik "how time flies"


[1Hari1Ayat] If Allah wills


Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,
kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". 



Sungguh indah dan sempurna ajaran Islam mengatur segala aspek kehidupan. Dalam keseharian dimana manusia tidak lepas dari interaksi antar sesamanya, ada aturan-aturan yang Allah jadikan patokan agar interaksi tersebut berjalan lancar tanpa meninggalkan kekecewaan. Salah satunya tentang janji. Betapa perkara ini tidak dianggap sepele sama sekali. Kedudukan janji dalam Islam adalah sebagaimana hutang, wajib atasnya untuk dipenuhi. Bahkan pemenuhan terhadap janji ini menjadi satu ciri pembeda antara seorang munafik dan kemuliaan akhlak mukmin sejati.

Namun demikian, sebagai manusia tentu kita memiliki keterbatasan-keterbatasan. Tidak seorang manusia pun yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi esok hari. Sebagaimana tidak ada seorang manusia pun yang dapat memastikan dia dapat memenuhi apapun yang telah dia janjikan, karena segala hal di dunia ini hanya terjadi atas izin Allah. Maka Allah memerintahkan untuk mengiringi setiap ucap janji dengan "Insya Allah", sebagai pengakuan bahwa kita akan berupaya optimal untuk menepati janji dalam kapasitas sebagai manusia,namun diatas itu semua, kita meyakini bahwa hanya atas kehendak Allah jua hasil akhirnya. Sederhana saja, bukankah maut yang menjemput tidak pernah mengabarkan kedatangannya sebelumnya? Dan ketika saat itu tiba,kita tidak dapat meminta tambahan waktu, untuk menetapi janji terlebih dahulu.
 

1.02.2014

[1Hari1Ayat] AlQuran adalah penawar


Tilawah dini hari tadi membawa saya pada ayat ini. Betapa inginnya saya menjadi golongan orang beriman, yang Allah janjikan sesuatu yang menjadi penawar dari AlQuran yang mulia. Golongan orang yang tenang hatinya dengan mentartilkan, membaca terjemahnya, mentadabburi isinya, hingga akhirnya mengamalkan AlQuran. Golongan orang yang melabuhkan lelah dunianya pada lantun ayat cintaNya. Golongan orang yang menjadikan murottal sebagai hiburan paling merdu dan suara paling familiar.

Rabbi, hamba mohon kekuatan, agar langkah kaki ini senantiasa menuju kesana.

1.01.2014

[1Hari1Ayat] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu

QS Ali Imran:133
And hasten to forgiveness from your Lord and a garden as wide as the heavens and earth, prepared for the righteous
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(QS: Ali Imran Ayat: 133) 
Tadi sore, melalui link yang dibagi Pakdhe Cholik, saya membaca sebuah giveaway yang langsung menggugah hati. Satu hari, satu ayat. Sebagaimana mbak prima yang tertohok dengan pertanyaan "kapan terakhir kali baca AlQuran (apalagi disertai dengan membaca terjemah maupun tafsirnya)" saya pun merasakan tonjokan yang sama. Pas, mengenai ulu hati.

Bukankah pada hakikatnya AlQuran adalah pedoman. Maka jika membacanya saja enggan, kehidupan macam apa yang sebenarnya saya rancang dan inginkan?

Tanpa menunggu, dalam hati saya putuskan untuk ikut.
Saya bertekad untuk menyambut salah satu ajakan kebaikan ini. Sempat terbersit ragu, dan ketakutan ini itu. Bagaimana jika nanti saya tidak istiqomah hingga akhir, bagaimana jika saya hanya semangat di awal saja, lalu melempem pada akhirnya, dan bagaimana bagaimana lain yang berkelebat. Maka kemudian saya pilih ayat ini sebagai penguat langkah dan penjaga nyala semangat perbaikan diri. Saya ingin bersegera kepada ampunan, karena sesungguhnya syaithan selalu berupaya membelokkan azzam dan menggoyahkan niat di setiap kesempatan. Dan keragu-raguan, kemalasan, juga bertubi dalih yang mengakibatkan enggan menyambut ajakan kebaikan adalah nyata-nyata upaya syaithan menggelincirkan.

Ya Allah, sungguh hamba berlindung kepadaMu, dari godaan syaithan yang terkutuk. Sungguh hanya Engkaulah sebaik baik Penjaga. Maka lindungilah kami, dengan sebaik-baik penjagaan dariMu.
Amiin.



Surat Cinta, entah yang keberapa




Hampir empat tahun, sayang, sejak undangan putih sederhana pelaksanaan ijab qabul kita menjadi penanda permulaan cerita.
Dua tahun mengakrabi rindu karena terpisah jarak Sumatera Utara-Bengkulu, sembilan bulan mencicipi indahnya kebersamaan dalam satu atap peneduh panas dan hujan, untuk kemudian harus puas dengan pertemuan seminggu sekali, hingga hari ini.

Apa yang kita rasa?
Warna-warni tentunya.
Ada saatnya hati ini buncah atas syukur yang melangit, tiap kali mendapati senyummu di depan pintu, pun ketika mendengar lantun suaramu sebagai imamku.
Adakalanya hening memenuhi ruang antara, sebab bagaimanapun kita adalah dua yang berbeda. Acapkali aku dan kamu tak sempurna melebur menjadi kita.
Tak jarang airmata menitik tanpa suara, dini hari biasanya, ketika aku mendapati lelapmu, dan menemukan betapa laki-laki inilah yang telah melakukan hampir segalanya, atas nama kebahagiaan keluarga.

Hampir empat tahun, dan entah sudah berapa surat yang kutuliskan untukmu.
Deret aksara yang kupercaya untuk mewakili hadirku, terselip di kotak masuk hapemu, terkirim melalui emailku, juga selalu hadir diantara lipatan baju dalam koper yang kau bawa kembali.
Lembaran-lembaran sederhana tentang kita, tentang rindu yang menggigilkanku, tentang asa yang belum bermuara, tentang hari berat yang pada akhirnya terlewat, tentang betapa miripnya kamu dan Fayyadh, juga tentang sejuta hal sederhana dalam dunia kita. 


Sayang,
Kali ini izinkan aku merangkai terima kasih.
Karena kamu telah mengajarkan begitu banyak hal selama hampir empat tahun kita menyemai cerita.
Kamulah yang mengenalkanku pada rindu, sekaligus rapal doa untuk menjadikannya perekat dan pengingat agar ikatan kita semakin kuat, bukan semata luap rasa tanpa makna.
Kamu juga yang makin mendekatkanku pada syukur. Melalui genggam tangan yang menyiratkan bahwa  tak ada satu kesulitan pun yang diciptakan tunggal, tanpa diapit kemudahan.
Darimu juga aku mengumpulkan remah-remah keberanian. Hingga terus berbaik sangka dan optimis di tiap bilangan hari tanpa kehadiranmu disisi. Meyakini sepenuh hati bahwa ada Sebaik-baik Penjaga, dan kepadaNyalah kita bermunajat dengan segenap pinta.

Hampir empat tahun sejak aku mengeja makna jodoh, dengan namamu.
Hingga hari ini, untaian doa itu terangkai dalam repetisi abadi.
Semoga Allah berkenan menyatukan keluarga kita dalam kebersamaan, tidak hanya di dunia, tetapi hingga kelak di keindahan kampung keabadian. 





 aku mencintaimu,
selalu




http://jarilentikyangmenari.blogspot.com/2013/12/ga-kusebut-namamu-dalam-ijab-dan-qabul.html