10.19.2012

inspirasi hari ini

Suatu kali dalam sesi blog walking, saya terhenti pada rangkaian kalimat ini

 Menjadi ibu bekerja itu pilihan,,yg jelas ktika lulus STAN n ikatan dinas 10tahon udh hrus nyiapin mental, walo emg suatu hari nanti..inginnya kerja di Rumah punya usaha..gimana kalo jadi penulis? Atau jadi apa ya..apa dong yg seru, pengen jualan Rumah hahhaah..

Hihi,tapi menjadi PNS adalah Hal yg mbanggakan loh, krn bisa ikut merubah negeri n bangsa ini..minimal jadi PNS jujur, disiplin, ìntegritas..sudah bisa membuat bangsa ini lebih baik..

My boy Zam, ummi kerja bukan bwt ninggalin Alzam tp utk ikut membantu perbaikan bangsa ini..
 
Klo diniatin kek gitu, rasanya lbh senang.. .

(blog sahabat)



Saya benar benar merasa tergugah dengan kalimat beliau disana.


Dengan niat yang Insya Allah lebih mulia, lebih perkasa, dan lebih bernilai seperti itu, saya yakin energi yang dihasilkan pun jauh lebih positif dan besar, baik secara kualitas maupun kuantitas.


Dengan awalan niat yang demikian, saya merasa lebih besar kemungkinan untuk menjalani setiap detail pekerjaan dengan antusiasme lebih, dengan semangat lebih, dengan effort lebih.
Ada sebuah niat untuk memberi lebih.
Lebih dari sekadar memenuhi wajib jam kerja sebagai PNS, lebih dari sekadar menyelesaikan pekerjaan yang memang menjadi jatahnya, lebih dari sekadar bertemu teman kantor untuk melanjutkan obrolan kemarin, lebih dari sekadar bekerja demi aktualisasi diri.


Ada hal besar yang lain, ada visi besar di balik setiap langkah meninggalkan anak dan rumah menuju ke kantor. Ada tujuan besar dari setiap menit yang dipersembahkan di balik kubikel kantor meski mungkin terselip ingin untuk lebih banyak menghabiskan menit bersama buah hati di rumah.

Menjadi ibu bekerja adalah sebuah pilihan.
Dan bagi orang yang telah memilih seperti saya saat ini, yang terbaik adalah berusaha menjalani peran ini dengan sebaik baiknya.
Ketika pilihan telah ditetapkan, maka konsekuensi adalah hal yang mutlak dilakoni, dengan terus menerus belajar, dan terus menerus menata niat hati.

Jadi, gimana rasanya?

Seorang teman yang mengetahui kabar bahwa saya telah pindah mengikuti suami tiba tiba melontarkan pertanyaan sederhana
'jadi, gimana rasanya?'
Saya menjawab dengan hamdalah.

Benar benar sebuah kebahagiaan bagi saya, bisa merasakan seatap dan sekantor dengan suami.
Benar benar sebuah kebahagiaan.

Berangkat ke kantor dengan berjalan kaki bersama (kebetulan kontrakan kami dekat sekali dengan kantor).
Di kantor pun kami berada di lantai yang sama, hanya terpisah beberapa kubikel saja (bahkan meja kerja saya sekarang adalah meja kerja suami saya dulu, kerjaan saya sekarang adalah sama seperti kerjaan suami dulu)
Pulang kantor berjalan bersisian, dan lima menit kemudian telah disambut rentangan tangan lebar fayyadh yang menagih pelukan.

Alhamdulillah.
Sungguh nikmat yang luar biasa bagi saya.



Jadi, gimana rasanya?

Alhamdulillah, saya bahagia.




10.17.2012

pagi yang istimewa

Salah satu hari yang membuat pagi saya begitu istimewa adalah hari itu.

hari ketika untuk pertama kalinya Fayyadh tidak menangis ketika melihat ayah dan bundanya berjalan menjauh menuju ke kantor.
Hari ketika kami tidak perlu mengendap endap untuk berangkat kerja dan terpaksa meninggalkannya.
Hari ketika fayyadh mengulurkan tangan, bersalaman lalu melambaikan tangan tanda perpisahan.
Hari ketika akhirnya fayyadh mengerti, itu semua akan menjadi rutinitas pagi.

Hari itu adalah hari ketika si mata gemintang merinaikan gerimis hati pada sepenggal pagi.

Ah, kamu mulai beranjak besar, sayang..

blogwalking hari ini


membaca keseharian seseorang yang bahkan tak benar benar dikenal, namun entah dengan cara bagaimana bisa menginspirasi,
menelusuri halaman tutorial craft meski hanya mampu mengagumi tanpa nyali untuk menantang diri

menikmati foto foto yang bercerita, dan kebanyakan mengisahkan cinta dalam keluarga


 menemukan hal yang baru
 merasa mendapat suntikan energi kembali
 selalu  bisa menghangatkan hati
 dan
 menjadi pengingat,
untuk kembali menulis.
dan menulis kembali.





gambar dari sini



10.16.2012

Bangun,dan bergegaslah

Setelah demikian berlimpah nikmat dan kemudahan,
pantaskah kemalasan menjadi alasan?
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

10.08.2012

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Lama tidak merekam jejak.
Alhamdulillah, karena limpahan kasih sayang Ar Rahman, sejak bulan september kemarin, keluarga prayoga telah berkumpul.
Akhirnya ayah, bunda dan fayyadh diperkenankan Allah merasakan indahnya kebersamaan sebagai sebuah keluarga kecil, di kota kecil bernama rantau prapat.
Setelah kurang lebih delapan bulan penantian dikabulkannya permohonan ikut suami, akhir ramadhan kemarin, munculnya surat sakti tersebut benar benar menjadi hadiah terindah bagi kami.

Terasa seolah baru kemarin bunda dan fayyadh terbang dari bengkulu-jakarta-medan dan menemukan seseorang yang amat kami rindukan telah merentangkan tangan menyambut kami datang.
Belum, belum sampai kami di tempat tujuan.
Dari medan, kami naik kereta api pagi kurang lebih enam jam menuju stasiun terakhir, rantau prapat.
Di kota inilah kami akan memulai cerita kebersamaan.
Melunasi rindu.
Menata mimpi mimpi yang tertunda.


Semoga semua ini membawa berkah.
Dan semoga dengan kebersamaan, bertambah nilai kemanfaatan.


Ya Rabbi, jadikan kami termasuk dalam golongan hambaMu yang bersyukur.



'Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan?'