7.31.2012

ketika rindu

rindulah yang menjemput gerimis dan kemudian langit terlukis
rindu pula pengasuh setia yang menyuapkan asa

rindu menjadi rima
sebagai nada
penghantar cerita kita

ketika rindu berlagu,
semoga tergubah merdu
selalu
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

7.30.2012

Sepertiga pertama

Bagi saya, sepertiga pertama tidak berhasil menjadi awalan yang cukup menggetarkan (untuk tidak mengatakan gagal mendongkrak semangat berlomba meraup pahala)

Ramadhan kali ini saya tidak memulai puasa pada hari jumat atau sabtu, melainkan kamis. Bukan karena saya tidak menyepakati sidang isbat, tetapi karena keistimewaan sebagai perempuan, saya baru memulai puasa ketika orang lain telah mengantongi 5/6 hari puasa.
Tahun ini untuk pertama kalinya saya tidak dapat turut merasakan gempita dan antusiasme awal ramadhan. Ketika teman teman lain berpuasa dan saya belum, rasanya ramadhan masih belum saya rasakan syahdunya.
Dan bagian terburuknya adalah, hal tersebut membuat saya terlena dan berleha leha bahkan ketika saatnya saya telah dibolehkan kembali menjalankan ibadah ibadah utama.

Idealnya, karena saya telah mengetahui bahwa saya terlambat start, maka yang saya lakukan adalah berlari mengejar ketertinggalan.
Seharusnya, karena jelas bahwa saya tidak bisa berpuasa, atau shalat, atau tilawah, maka saya harus balas dendam dengan memperbanyak sedekah, bersungguh sungguh bekerja dengan niat ibadah dan sebagainya.

Nyatanya,
Evaluasi sepuluh hari pertama ramadhan bagi saya bernilai merah.
Target ramadhan yang telah saya buat sebelumnya membuahkan check list yang tidak penuh.
Bolong disana sini.
Tidak tercapai target amalan.
Dan tiba tiba saja telah sepuluh hari berlalu dengan tanpa saya manfaatkan benar benar.

Terkalahkan di sepertiga pertama
Dan saya,suka atau tidak suka, harus mengakuinya.

Semoga Allah masih berkenan memberikan kesempatan.
Tidak ada pilihan kecuali berupaya maksimal untuk berlari mengejar ketertinggalan,
hingga penghabisan bulan mulia ini.

Alloh humma arinal haqqo-haqqo warzuknat tiba’a….wa arinal batila-batila warzuknat tinaba”

Ya Allah tunjukanlah yg benar itu benar dan berikanlah kekuatan untuk mengikutinya dan tunjukanlah yg batil itu batil dan berikanlah kekuatan untuk menjauhinya,,





duhai jiwa, atas kesempatan yang tersia, mampukah sekadar sesal menambal?

7.26.2012

sebelah sayap

Kemarin, saya sempat dilanda galau luar biasa ketika mbak ari, pengasuhnya fayyadh minta dipulangkan.
Mbak ari berasal dari jogja, kampung halaman saya, dan diantar ke bengkulu oleh ibu dan adik saya untuk menemani fayyadh selama saya bekerja.
Jauh sebelum ramadhan, kami sudah membicarakan tentang rencana mudik, dimana pada saat itu dengan gamblang saya mengutarakan bahwa kami tidak berencana lebaran di jogja tahun ini.
Mbak ari pada saat itu tidak berkeberatan.
Namun memang tidak hanya lisan yang berbicara.
Tiga hari awal ramadhan mbak ari mengeluh pusing dan lemas, namun menolak diantar ke dokter.
Dan saya yang kemudian kebingungan.
Makin hari kondisi tubuhnya tidak membaik. Ditambah lagi pada saat itu fayyadh pun sedang disibukkan oleh batuk berdahak yang belum juga sembuh.
Tiga hari saya disibukkan dengan fayyadh yang agak rewel dan mbak ari yang kurang kooperatif terhadap upaya upaya memulihkan kesehatannya.
Hingga akhirnya saya menyimpulkan bahwa mbak ari homesick.

Kegalauan mulai mewarnai awal ramadhan saya.
Membelokkan rencana lebaran yang semula di bengkulu sebagaimana tahun lalu dan mengubah setting menjadi jogjakarta tercinta sempat terpikirkan.
Namun saya menolak untuk semakin jauh memikirkan kemungkinan tersebut.
Saya masih ingat benar, bahwa sayalah yang mengatakan bahwa tidak ada kosakata mudik ke jogja tahun ini, mengingat kami sedang menyiapkan dana pindahan ke rantau prapat, terkait permohonan ikut suami yang telah lama saya ajukan.
Bagaimana jika sewaktu waktu permohonan saya dikabulkan, SK diterbitkan, dan saya justru kebingungan dengan dana pindah yang diperlukan.
Namun di sisi lain, melihat mbak ari yang lemas, dan gelengan kepalanya tiap kali saya meminta dia ke dokter, membuat hati saya mencelos.
Sempat berpikir untuk mengantar mbak ari pulang sesegera mungkin, mumpung tiket pesawat belum terlalu mahal.
Mengambil cuti sebentar, dan segera kembali ke bengkulu.
Saya pikir itulah jalan tengah.

Dengan kegalauan yang masih tersisa, saya membicarakan hal ini dengan suami.
Dan beliau, sebagaimana biasanya, mampu menangkap ingin, yang bahkan coba saya ingkari
Mengatakan dengan ringan, bahwa beliau akan berburu tiket untuk kami pulang kampung lebaran ini.
"Kita akan lebaran di Jogja, bunda"
Saya, sebagaimana biasa, hanya sanggup tersenyum tanpa kata.
"Insya Allah akan ada rizkinya, bunda doakan ayah ya"
Dan sekali lagi, saya membisu, menyusut air mata haru.

Beliau, selalu begitu.
Mengetahui pinta yang tak terkata, lalu dalam diam menyiapkan.
Dan saya, selalu sama.
Merasa memiliki sebelah sayap untuk memetik segala mimpi.

Saya tahu benar, angka angka nanti yang akan berbicara.
Namun saya tahu bahwa suami saya pun benar, ada Yang Maha Kaya sebagai tumpuan segala doa.

7.18.2012

sholehah itu..

sholehah itu proses, sayang..
itu ikhtiar dan doa

demikian kata seorang saudari saya tercinta.
Adem terdengar di telinga.
Apalagi bagi saya, yang demikian lama berkutat pada asumsi bahwa 'sholihah itu hanya akan menjadi milik anda, kalian, atau mereka, namun yang pasti bukan saya'

sholehah itu proses, sayang..
Maka selalu ada kesempatan bagi yang pernah salah, terlalu lelah, merasa payah bahkan hampir menyerah  untuk mengupayakan sholehah, dengan terus menerus berbenah.
Sebab Allah Maha Pengampun, bahkan ketika hambanya datang dengan dosa sebanyak buih di lautan.

itu ikhtiar dan doa
Maka hidayah tidak begitu saja turun dari langit.
Maka iman itu perlu dipupuk dan dipelihara.
Maka menyibukkan diri dengan kebaikan itu adalah keutamaan.
Dan sebagai gongnya, pinta akan kemurahan kasih sayangNya adalah mutlak.


sholehah itu proses, sayang..
itu ikhtiar dan doa

Ya Rabbi
perkenankan ramadhan ini menjadi saat hamba memperbaiki diri, mengoptimalkan ikhtiar dan doa
dan perkenankan keberkahan bulan mulia ini mematri, hingga istiqomah menjadi hal yang lebih mudah dan terasa indah.


 



 

7.12.2012

masih anak singkong

Rasanya sudah lama cita cita bersekolah tinggi tinggi sekadar menjadi ingin yang tak pernah diakui.
Menjadi benih yang sengaja dibusukkan hingga tak mungkin menyapa matahari.

Namun ada satu dua waktu dimana dia merasa ilmu adalah satu satunya harapan.
Satu syarat yang kata banyak orang menjanjikan gemilang hari depan.
Dan dia percaya.

Maka benih busuk itu dibujuknya untuk tidak takluk.
Berupaya senti demi senti untuk menjauhi garis pemisah hidup dan mati.

Sekali lagi, ilmu menjadi kekasih semu.
sekadar sandang untuk tujuan yang lebih besar, meski tidak lebih mulia.
dia perlu ilmu untuk mengecat masa depan yang telanjur diramal kelabu.
tidak hanya baginya, lebih lebih bagi dua adik yang saat itu masih belum sepenuhnya mengerti.

Karena kasih sayang Sang Pemilik Ilmu,meski terkhianati, ilmu memperlakukannya selayak kekasih sejati.
Meski berliku, tapak anak tangga dia tapaki satu demi satu.
Semburat semburat mulai berhimpun dan membiaskan rupa warna.


 



Sudahkah paripurna syukurmu, hei anak singkong?

7.09.2012

anak singkong

"hei, anak singkong, lihat sepupumu yang sangat pintar itu. Jalan jalan ke Jakarta bertemu Pak Presiden. Pulang dengan uang saku penuh dan koper sesak berisi cinderamata.
Bagimu, cukuplah sebuah stiker gagah berbentuk lingkaran berwarna merah putih bertuliskan Gelantara, Gelar Nusantara Anak Indonesia."




Hari hari sesudahnya adalah membaca.
Mencuri setiap keping prestasi yang masih bisa diraih lengan mungilnya.
Memungut tiap remah ilmu,
diam diam menyemai asa tiba waktunya dia tak kan dipandang dengan hanya sebelah mata.

Ilmu hanyalah kekasih sementara masa.
Tak benar benar ia pedulikan,  tak benar benar ia rindukan.
Cinta sejatinya tidak disana.

Yang dia inginkan adalah Pengakuan.
Bahwa anak singkong pun bisa melakukan hal yang besar.
Bahwa anak singkong pun bisa memperoleh kehormatan.
Pengakuan,
bahwa dia bisa,lebih pintar dari sepupunya.

Pembuktian, menjadi bara yang terus menyalakan langkah.
Memaksa menyeret tapak kaki untuk terus mendulang tak berhenti.

Letih.
Dan ketika pada akhirnya pengakuan dunia itu tiba,
ia dan hatinya telah mati rasa.

7.05.2012

maafkan bunda, sayang


membuatmu menangis hari ini
bukan karenamu, tentu
sejenak, bunda kehilangan Kelapangan hati

Maafkan bunda, sayang
tak kuasa menjadi dewasa
luput mengenali ketahanan diri
gagal mengendalikan perasaan



Maafkan bunda, mata gemintang

Semoga senyummu akan tetap menjadi sambutan bunda pulang






mari bersulang ^^

Iseng pengen ngelist minuman favoritnya fayyadh

1. Sari jeruk

Maksud bunda, jeruk diperas diambil airnya, lalu diminum. Ini adalah minuman terfavorit fayyadh. Konsisten sejak berusia 8 bulan sampai sekarang. Mulai dikenalkan ketika fayyadh mogok minum ASIP sementara bunda harus bekerja. Alhamdulillah bunda masih bisa pulang setiap jam istirahat, namun untuk pengganti ASIP selama ditinggal dari jam 07.30-12.00 dan 14.00-17.00 bunda terpaksa memberikan sari jeruk ini. Dan keterusan sampai sekarang.

2. Jus

Paling doyan wortel. Memang paling juara si wortel ini, dijus, jadi bagian sup, bahkan digigit gigit langsung setelah dicuci dan dikupas.

3. Smoothie

Kalo yang ini hampir semua buah fayyadh suka. Tapi sampai saat ini, jawaranya adalah mangga.

4. Yoghurt

Awal mula dikenalkan pada yoghurt, fayyadh sempat ogah ogahan. Namun bunda keukeuh mencoba berbagai merk hingga menemukan yoghurt plain yang sesuai selera fayyadh. Alhamdulillah ketemu biokul.Sekarang setengah cup kecil yoghurt fayyadh habiskan dalam sekali duduk.

5. Susu

Sejak setahun lebih sedikit, bunda udah gak sabar mau ngenalin UHT ke Fayyadh. Namun gayung tak bersambut, antusiasme bunda terbentur fakta bahwa fayyadh bernasib sama seperti emaknya, kurang suka susu.
Awalnya bunda uji coba segala merk dan rasa yang ada di hypermart. Dimulai dari yang plain, merk greenfield, ultra, satu dua seruput masih mau, tapi sesudahnya, ditinggal begitu saja. Dengan asas trial and error, bunda memberanikan diri mengenalkan UHT dengan berbagai rasa, mulai coklat,strawberry, cheese. Hasilnya sama, hanya satu dua seruput dan kemudian ditinggalkan. Alhamdulillah, bunda menemukan greenfield pausterisasi. Untuk yang satu ini fayyadh cukup banyak meminumnya. meskipun ukuran banyak bagi fayyadh mungkin termasuk sangat sedikit bagi anak sepantarannya, sekali minum, kurang lebih 75ml, dalam sehari paling banter 3kali minum susu. Bagi bunda itu sudah cukup menentramkan.

7.03.2012

Tiga Kesadaran

Kamis itu (28/6) saya kembali menjadi sang penangkap cahaya bersenjata kamera. Sepanjang acara pelatihan menulis, pandangan saya lebih banyak liar menyisir momen yang apik untuk dilukis dengan cahaya. Mata terus membidik, tapi telinga saya buka lebar-lebar. Sayang rasanya melewatkan suguhan duo pembicara hebat, Imazahra dan Gol A Gong. Saya juga ingin paham, sedikit pun boleh.

Dari berjam-jam sesi di pelatihan menulis itu, setidaknya saya menangkap tiga sampaian yang mengelitik. Semoga dengan dituliskan dan diceritakan makin melekat kuat-kuat. Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, begitu kata orang-orang. Meski saya bukan tipikal orang yang suka mencatat, biar deh sekali ini jadi anomali, haha.

Pertama. "Saya pernah lihat satu anak kecil pemulung plastik bekas. Selidik punya selidik, ia melakukannya untuk melanjutkan sekolah. Saya buat satu novel terinspirasi dari kisah anak pemulung ini. Dengan royalti dari novel itu saya biayai sekolahnya." Mas Gong berkisah. "Itulah da'wah bil qalam." simpulnya. Saya mendadak tercenung. Kemudian ada satu kesadaran terlintas cepat di benak saya: dakwah itu kebermanfaatan. Selalu ada manfaat yang dicita-citakan, karenanya dakwah diupayakan. Maka dari setiap detil pernak-pernik usaha dalam dakwah yang saya (niat) lakukan, apa sudah ada manusia-manusia yang makin baik kualitas hidupnya? Satu hal lagi untuk direnungkan.

Kedua. "Banyak hal membutuhkan kemampuan menulis." kata Mbak Ima. Saya senyum-senyum sendiri di tempat. Ya iyalah di tempat, ngapain sambil lari-lari. Memori tentang satu mimpi itu kembali. Seperti kejadian dramatis di film-film, saya yang sedang lupa ingatan terbentur keras di bagian kepala dilabrak perkataan Mbak Ima dan tiba-tiba: Hei! Saya sudah ingat semuanya!. Haha, pemicu yang tepat. Dulu, karena tidak mahir urusan tulis-menulis, saya pernah mempetieskan satu mimpi. Usai acara pelatihan menulis, mimpi itu kini perlahan menghangat. Terima kasih Mbak Ima.

Ketiga. Riset, kata Mas Gong, sangat penting dalam tahap pra menulis. Saya langsung angguk-angguk setuju. Zaman ngampus, saya pernah riset kecil-kecilan untuk cipta cerita. Dan hasil riset itu memberi otak saya detil data dan informasi, benar-benar membuka wawasan. Saya menjadi lebih siap untuk menulis dibanding sebelum melakukan riset. Saya simpan dulu cerita tentang ini untuk tulisan lain, hehe.

Kamis itu, selain lukisan cahaya yang tersimpan dalam bit-bit di memori kamera, saya membawa pulang tiga kesadaran yang mencerahkan. Yang hari ini sudah saya ceritakan kepada kalian, dan di hari lain saya pastikan kalian akan melihat progresnya. InsyaAllah.

Semoga bermanfaat.

---------------------
ditulis dalam rangka PR dari Mbak Ima di salah grup belajar menulis di facebook.