7.03.2012

Tiga Kesadaran

Kamis itu (28/6) saya kembali menjadi sang penangkap cahaya bersenjata kamera. Sepanjang acara pelatihan menulis, pandangan saya lebih banyak liar menyisir momen yang apik untuk dilukis dengan cahaya. Mata terus membidik, tapi telinga saya buka lebar-lebar. Sayang rasanya melewatkan suguhan duo pembicara hebat, Imazahra dan Gol A Gong. Saya juga ingin paham, sedikit pun boleh.

Dari berjam-jam sesi di pelatihan menulis itu, setidaknya saya menangkap tiga sampaian yang mengelitik. Semoga dengan dituliskan dan diceritakan makin melekat kuat-kuat. Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, begitu kata orang-orang. Meski saya bukan tipikal orang yang suka mencatat, biar deh sekali ini jadi anomali, haha.

Pertama. "Saya pernah lihat satu anak kecil pemulung plastik bekas. Selidik punya selidik, ia melakukannya untuk melanjutkan sekolah. Saya buat satu novel terinspirasi dari kisah anak pemulung ini. Dengan royalti dari novel itu saya biayai sekolahnya." Mas Gong berkisah. "Itulah da'wah bil qalam." simpulnya. Saya mendadak tercenung. Kemudian ada satu kesadaran terlintas cepat di benak saya: dakwah itu kebermanfaatan. Selalu ada manfaat yang dicita-citakan, karenanya dakwah diupayakan. Maka dari setiap detil pernak-pernik usaha dalam dakwah yang saya (niat) lakukan, apa sudah ada manusia-manusia yang makin baik kualitas hidupnya? Satu hal lagi untuk direnungkan.

Kedua. "Banyak hal membutuhkan kemampuan menulis." kata Mbak Ima. Saya senyum-senyum sendiri di tempat. Ya iyalah di tempat, ngapain sambil lari-lari. Memori tentang satu mimpi itu kembali. Seperti kejadian dramatis di film-film, saya yang sedang lupa ingatan terbentur keras di bagian kepala dilabrak perkataan Mbak Ima dan tiba-tiba: Hei! Saya sudah ingat semuanya!. Haha, pemicu yang tepat. Dulu, karena tidak mahir urusan tulis-menulis, saya pernah mempetieskan satu mimpi. Usai acara pelatihan menulis, mimpi itu kini perlahan menghangat. Terima kasih Mbak Ima.

Ketiga. Riset, kata Mas Gong, sangat penting dalam tahap pra menulis. Saya langsung angguk-angguk setuju. Zaman ngampus, saya pernah riset kecil-kecilan untuk cipta cerita. Dan hasil riset itu memberi otak saya detil data dan informasi, benar-benar membuka wawasan. Saya menjadi lebih siap untuk menulis dibanding sebelum melakukan riset. Saya simpan dulu cerita tentang ini untuk tulisan lain, hehe.

Kamis itu, selain lukisan cahaya yang tersimpan dalam bit-bit di memori kamera, saya membawa pulang tiga kesadaran yang mencerahkan. Yang hari ini sudah saya ceritakan kepada kalian, dan di hari lain saya pastikan kalian akan melihat progresnya. InsyaAllah.

Semoga bermanfaat.

---------------------
ditulis dalam rangka PR dari Mbak Ima di salah grup belajar menulis di facebook.


0 comments:

Post a Comment

Menyenangkan membaca komentar dari teman-teman. :D