Kamis itu (28/6) saya kembali menjadi sang penangkap cahaya  bersenjata kamera. Sepanjang acara pelatihan menulis, pandangan saya  lebih banyak liar menyisir momen yang apik untuk dilukis dengan cahaya.  Mata terus membidik, tapi telinga saya buka lebar-lebar. Sayang rasanya  melewatkan suguhan duo pembicara hebat, Imazahra dan Gol A Gong. Saya  juga ingin paham, sedikit pun boleh. 
Dari berjam-jam sesi di pelatihan menulis itu, setidaknya  saya menangkap tiga sampaian yang mengelitik. Semoga dengan dituliskan  dan diceritakan makin melekat kuat-kuat. Ikatlah ilmu dengan  menuliskannya, begitu kata orang-orang. Meski saya bukan tipikal orang  yang suka mencatat, biar deh sekali ini jadi anomali, haha. 
Pertama. "Saya pernah lihat satu anak kecil pemulung  plastik bekas. Selidik punya selidik, ia melakukannya untuk melanjutkan  sekolah. Saya buat satu novel terinspirasi dari kisah anak pemulung ini.  Dengan royalti dari novel itu saya biayai sekolahnya." Mas Gong  berkisah. "Itulah da'wah bil qalam." simpulnya. Saya mendadak  tercenung. Kemudian ada satu kesadaran terlintas cepat di benak saya:  dakwah itu kebermanfaatan. Selalu ada manfaat yang dicita-citakan,  karenanya dakwah diupayakan. Maka dari setiap detil pernak-pernik usaha  dalam dakwah yang saya (niat) lakukan, apa sudah ada manusia-manusia  yang makin baik kualitas hidupnya? Satu hal lagi untuk direnungkan. 
Kedua. "Banyak hal membutuhkan kemampuan menulis." kata Mbak Ima. Saya senyum-senyum sendiri di tempat. Ya iyalah di tempat, ngapain sambil lari-lari.  Memori tentang satu mimpi itu kembali. Seperti kejadian dramatis di  film-film, saya yang sedang lupa ingatan terbentur keras di bagian  kepala dilabrak perkataan Mbak Ima dan tiba-tiba: Hei! Saya sudah ingat  semuanya!. Haha, pemicu yang tepat. Dulu, karena tidak mahir  urusan tulis-menulis, saya pernah mempetieskan satu mimpi. Usai acara  pelatihan menulis, mimpi itu kini perlahan menghangat. Terima kasih Mbak  Ima. 
Ketiga. Riset, kata Mas Gong, sangat penting dalam tahap pra menulis. Saya langsung angguk-angguk setuju. Zaman ngampus,  saya pernah riset kecil-kecilan untuk cipta cerita. Dan hasil riset itu  memberi otak saya detil data dan informasi, benar-benar membuka  wawasan. Saya menjadi lebih siap untuk menulis dibanding sebelum  melakukan riset. Saya simpan dulu cerita tentang ini untuk tulisan lain,  hehe. 
Kamis itu, selain lukisan cahaya yang tersimpan dalam  bit-bit di memori kamera, saya membawa pulang tiga kesadaran yang  mencerahkan. Yang hari ini sudah saya ceritakan kepada kalian, dan di  hari lain saya pastikan kalian akan melihat progresnya. InsyaAllah. 
Semoga bermanfaat.
---------------------
ditulis dalam rangka PR dari Mbak Ima di salah grup belajar menulis di facebook.

7.03.2012

0 comments:
Post a Comment
Menyenangkan membaca komentar dari teman-teman. :D