7.22.2014

On Budget


Apa pertimbangan teman-teman ketika memutuskan untuk membeli tas?

Kalau saya, yang pertama adalah tas itu harus mampu memanjakan mata saya.
Pokoknya harus cantik! (versi saya tentunya, disesuaikan dengan selera pribadi yang asli). Cantik disini bisa karena warnanya, motif uniknya, model elegannya atau kombinasi ketiganya.

Barulah jika mata berbinar menginginkan, saya mulai membayangkan bisa dipake kemana saja dan kapan saja tas tersebut. Saya lebih suka 1 tas multifungsi yang bisa diabuse kesana kemari tiap hari, daripada tiap kesempatan gonta ganti.
Alasan pertama karena ribet memindahkan bawaan didalamnya.
Yang kedua, karena nanti bisa dipelototin suami kalo bolak balik beli.
Hahahaha

Selanjutnya, tentu saja harus memperhatikan kemampuan. Ihik.
Apakah pundi-pundi celengan saya cukup untuk menebusnya. Nah bagian inilah yang paling tricky.
Kadang, saya merasa amat sayang untuk meninggalkan sebuah pilihan ketika telah terlanjur jatuh cinta. Rasanya belum afdhol jika belum mencoba segala cara (termasuk merayu pak suami) untuk mendukung secara finansial upaya saya mendapatkan tas idaman.
Meski tatap tidak setuju pak suami tetap ampuh membuat saya patuh menjauh, namun rasanya belum lega jika belum mencoba sejauh saya bisa. Hahahaha
Di poin budget inilah biasanya saya kalah.


here




Sepertinya saya harus berputar haluan.
Pencarian dimulai dengan patokan anggaran yang telah disediakan. Sehingga perburuan tas ini berlangsung lebih aman bagi saldo tabungan.
Membatasi pilihan mata pada tas yang harganya sesuai dengan budget yang direncanakan. Memilih yang tercantik diantaranya, kemudian bersyukur atas kemurahan rizki dariNya.

Jadi pak suami, berapa karung duit untuk beli tas bunda niiiiiiiiiiiiiih?




7.17.2014

Asal bukan tablet!

Sulung saya, Alif Abdurrahman Fayyadh (3 tahun) sebagaimana kebanyakan anak lainnya sangat menikmati bermain game di tablet yang dibelikan ayahnya. Segala macam permainan dicoba, mulai dari Toca Builder, Pango Imaginary car, Dr. Panda's Garage hingga yang paling menuai potes bundanya, Kamen Rider Super Climax Heroes. Kecenderungan fayyadh menyukai game yang saya sebut terakhir inilah yang pada akhirnya memaksa saya benar-benar mencari akal untuk menangkal. Sebab game-game bergenre superhero menurut saya kurang edukatif, mengandung konten kekerasan dan pada akhirnya mendorong anak untuk berperilaku lebih agresif. Belum lagi, gandrungnya fayyadh pada gadget ini mengurangi aktivitas motorik kasarnya sekaligus membuat fayyadh kurang peduli pada lingkungan sekitarnya.

Kekhawatiran yang menumpuk menjadi pemantik upaya saya untuk menemukan alternatif kegiatan tandingan bagi fayyadh demi mengurangi kecanduan gadgetnya.
Dari hasil pengamatan, pencarian dan perenungan yang dalam akhirnya saya mencoba menandingi gadgetnya dengan kegiatan :

Kembali ke buku
Saya ingat bahwa dulu saya sempat sangat getol membacakan buku cerita untuk fayyadh menjelang tidurnya. Namun belakangan karena seringkali tak lagi tersisa energi di malam hari, saya melewatkan ritual ini begitu saja. Padahal kami berdua sebenarnya sangat menikmati kegiatan ini, namun sayang, atas dalih kecapekan dan kemalasan, kegiatan seru nan bermanfaat ini terlewatkan.
 
Merencanakan Week end project
Proyek-proyek sederhana yang pernah kami coba diantaranya membuat kostum robot dari kardus bekas, membuat permainan memancing ikan kertas, menghias kotak sepatu dan sebagainya. Meskipun sederhana, namun ritual ini sanggup memaksa si gadget beristirahat minimal selama setengah hari.

Fayyad bergaya dengan kostum robot dari kardus bekas.


Melibatkan dalam agenda kerja rumah tangga bunda
Entah ketika menyapu, membereskan rumah bahkan saat memasak. Meskipun pada akhirnya keterlibatan fayyadh justru memperlambat penyelesaian agenda domestik, namun karena campur tangannyalah kegiatan yang tadinya membosankan menjadi aktivitas seru dan menggembirakan.

Jalan-jalan
Sekadar mengajak fayyadh berkeliling tanpa tujuan, atau menyempatkan berkendaraan ke tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya selalu menjadi senjata paling ampuh untuk membuat fayyadh lupa pada gamenya sama sekali. It really works!

Dibutuhkan kemauan, usaha dan kreatifitas ekstra dari orang tua untuk menjaga agar anak tidak berpaling kembali pada gadgetnya. Namun saya rasa semua orang tua di dunia ini sama, akan mengupayakan yang terbaik bagi kebaikan anaknya.

Jadi, mungkin ada yang bisa membantu saya dengan alternatif ide pengalih yang lain?

7.15.2014

Meskipun hanya satu kebaikan

Seringkali saya mendapati diri merugi.
Pekerjaan tetap menumpuk, to do list semakin panjang, beberapa hal terlewat diingat atau dilakukan, padahal Allah tidak mengurangi jatah 24 jam saya.

Saya yang terlena.
Berlama-lama melakukan hal yang saya suka, permisif pada keinginan diri untuk menunda, merasa berhak untuk mengambil jeda walaupun sebenarnya apa yang harus saya kerjakan belum paripurna.

Teori tentang skala prioritas telah saya hafal di luar kepala. Termasuk kaidah batu besar dan kerikil didalamnya. Namun yang menjadi kunci keberhasilan pemanfaatan waktu secara optimal adalah konsitensi.

Konsisten untuk membuat skala prioritas, menjabarkan dalam to do list, dan terutama konsisten mematuhinya. Tentu tidak berlaku saklek karena terkadang muncul hal yang tidak penting namun mendesak dan tak terduga. Namun paling tidak ada garis besar gambaran bagaimana seharusnya satu hari terlewati. Minimal, meminimalisir janji yang terlewat karena tidak ingat atau tidak sempat. Atau dalam taraf lebih rendah, paling kurang waktu tidak begitu saja berlalu.

Seringkali saya mendapati diri merugi.
Sebagaimana di ramadhan ini.
Seolah tiba-tiba separuhnya telah berlalu begitu saja. Padahal sekali lagi, Allah tidak mengurangi jatah 24 jam saya.
Ramadhan yang seharusnya menjadi wadah berlomba pahala, menjadi saat terbaik untuk melipatgandakan kebaikan, menjadi waktu paling tepat untuk mengakselerasi diri menuju taqwa, seolah hanya lewat sekejap mata.

Saat ini saya mendapati diri merugi.
Namun saya tak ingin semakin rugi dengan membiarkan diri termangu sekadar merenungi kerugian ini.
Tidak.
Saya ingin bangkit dan mengusahakan, meskipun hanya satu kebaikan.
Sembari mengiba dalam doa senantiasa, semoga Allah berkenan mengizinkan saya bertemu kemuliaan ramadhan berikutnya.

here