7.15.2014

Meskipun hanya satu kebaikan

Seringkali saya mendapati diri merugi.
Pekerjaan tetap menumpuk, to do list semakin panjang, beberapa hal terlewat diingat atau dilakukan, padahal Allah tidak mengurangi jatah 24 jam saya.

Saya yang terlena.
Berlama-lama melakukan hal yang saya suka, permisif pada keinginan diri untuk menunda, merasa berhak untuk mengambil jeda walaupun sebenarnya apa yang harus saya kerjakan belum paripurna.

Teori tentang skala prioritas telah saya hafal di luar kepala. Termasuk kaidah batu besar dan kerikil didalamnya. Namun yang menjadi kunci keberhasilan pemanfaatan waktu secara optimal adalah konsitensi.

Konsisten untuk membuat skala prioritas, menjabarkan dalam to do list, dan terutama konsisten mematuhinya. Tentu tidak berlaku saklek karena terkadang muncul hal yang tidak penting namun mendesak dan tak terduga. Namun paling tidak ada garis besar gambaran bagaimana seharusnya satu hari terlewati. Minimal, meminimalisir janji yang terlewat karena tidak ingat atau tidak sempat. Atau dalam taraf lebih rendah, paling kurang waktu tidak begitu saja berlalu.

Seringkali saya mendapati diri merugi.
Sebagaimana di ramadhan ini.
Seolah tiba-tiba separuhnya telah berlalu begitu saja. Padahal sekali lagi, Allah tidak mengurangi jatah 24 jam saya.
Ramadhan yang seharusnya menjadi wadah berlomba pahala, menjadi saat terbaik untuk melipatgandakan kebaikan, menjadi waktu paling tepat untuk mengakselerasi diri menuju taqwa, seolah hanya lewat sekejap mata.

Saat ini saya mendapati diri merugi.
Namun saya tak ingin semakin rugi dengan membiarkan diri termangu sekadar merenungi kerugian ini.
Tidak.
Saya ingin bangkit dan mengusahakan, meskipun hanya satu kebaikan.
Sembari mengiba dalam doa senantiasa, semoga Allah berkenan mengizinkan saya bertemu kemuliaan ramadhan berikutnya.

here

0 comments:

Post a Comment

Menyenangkan membaca komentar dari teman-teman. :D