2.27.2013

Resolusi Sederhana

Karena lunturnya semangat mencatat resolusi, 2012 berlalu tanpa resolusi resmi yang biasa menjadi awal dimulainya tahun masehi. Namun, jika mengingat kembali ke tahun yang baru saja berlalu itu, ada sejuta syukur atas nikmat yang tak terukur.
2012 diawali dengan sebuah ikhtiar, pengajuan permohonan pindah tugas ikut suami. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan pindah ke rantau prapat, agar lebih dekat dengan suami. Sebelumnya, kami memang termasuk pasangan LDM(Long Distance Marriage) yang terpisah jarak geografis Bengkulu-Sumatera utara. Ditambah dengan keterbatasan cuti, hasilnya adalah frekuensi pertemuan yang hanya dua bulan sekali. Sungguh sangat kurang apalagi setelah kelahiran fayyadh, yang tentu amat memerlukan kehadiran sosok ayah sebagai figur panutan. Maka dengan basmalah, saya putuskan untuk mengurus permohonan pindah. Meninggalkan kantor lama yang telah menjadi rumah kedua saya, meninggalkan teman-teman kantor yang sudah seperti saudara, juga meninggalkan bapak ibu mertua dan keponakan tersayang. Bulan Agustus 2012, penantian saya berakhir. Kado ulang tahun terindah diberikan Tuhan. Permohanan pindah saya diterima, dan saya bisa sekantor dan serumah dengan suami. Sungguh merupakan anugerah besar bagi saya. Suami pun sempat menitikkan air mata ketika saya mengabarkan berita bahagia tersebut. Saya masih ingat jelas betapa haru menyeruak ketika saya membaca email surat keputusan pemindahan saya. Terbayang kami bisa hidup bersama, bertiga dan merasakan keutuhan kebersamaan sebagai keluarga. Bagi kami yang terbiasa berteman dengan rindu dan menghitung berlalunya hari, kebersamaan dalam keseharian adalah kenikmatan besar. Kemewahan yang sangat kami nanti.





2012 akhir berjalan dengan penyesuaian-penyesuaian. Kantor baru, pekerjaan baru, ritme kehidupan baru. Tidak semuanya berjalan mulus tentu saja. Ada beberapa hal tersendat. Sempat kesulitan menemukan pengasuh bagi fayyadh hingga terpaksa mendaftarkannya di daycare (hanya bertahan 3 hari sebab fayyadh menangis tak henti),fayyadh sakit hingga saya harus cuti, rumah kontrakan yang belum dirapikan, perkakas rumah tangga terbatas dan banyak hal lain. Namun, rasanya semua itu tak berarti apapun, setiap kali saya mengingat betapa indah kesempatan kebersamaan ini. Kenikmatan untuk mencicipi rasa sebagai istri yang bisa membuatkan teh bagi suami setiap hari. Menikmati memilihkan baju kerja yang akan digunakan suami hari ini. Mencicipi teraduknya rasa tiap kali melihat lelapnya.
Maka mohon dimaklumi ketika resolusi saya di tahun 2013 tidak jauh-jauh dari urusan peran sebagai istri, dan ibu. sebab saya benar-benar sedang menikmati segala hal terkait ini. Sedang sangat bersemangat mewujudkan asa sebagai istri sholihah dan ibu yang terbaik bagi fayyadh. Sebagai satu ungkapan syukur atas diperbolehkannya saya merasakan kebersamaan, saya ingin mengptimalkan peran sebagai ibu dan istri dengan merumuskan resolusi 2013, diantaranya:

Manajemen Keuangan keluarga yang baik dan benar
Dalam konteks ini : tepat prioritasnya, tuntas pemenuhan kewajiban finanisalnya, dan bisa dituangkan dalam laporan keuangan keluarga yang jelas dan rapi setiap bulannya.
Mohon dimaklumi, karena meski telah hampir 3 tahun menikah, namun karena selama ini hidup berjauhan, maka saya belum terbiasa mengatur keuangan keluarga sepenuhnya. Menyusun prioritas, membuat perencanaan keuangan sebulan, daftar kebutuhan dan macam macam masih dalam tahap belajar. Saya bertekad tahun depan bisa mulai menerapkan kebijakan keuangan keluarga yang sehat dan rapi.

Menambah silaturahim
Setelah pindah ikut suami ini, benar benar merasakan bagaimana kami agak kesulitan untuk bersosialisasi. Saya dan suami pergi pagi pulang sore dari hari Senin sampai Jumat,lalu menghabiskan waktu Sabtu Ahad dengan beres beres rumah atau jalan jalan. Jarang sekali bersosialisasi dengan tetangga kanan kiri, karena kebetulan mereka pun memiliki ritme yang sama dengan kami. Ingin bisa meningkatkan intensitas pertemuan, mengkhususkan waktu untuk silaturahim dan menambah teman dan saudara di perantauan. Plus, mengeratkan kembali silaturahim dengan teman teman kuliah dan teman lama yang sempat lama tak bertukar kabar. dan tentu saja, mempertahankan hubungan baik dengan teman-teman di kantor lama.

Meningkatkan keterampilan keperempuanan
Target 2013 ini, memasak dengan lebih baik. Diterjemahkan dalam dua poin utama yakni bisa menyusun menu mingguan dengan satu menu baru (trial resep baru) setiap minggunya dan bisa menyediakan camilan sore misal risoles atau pisang goreng di hari libur. Terdengar sepele, namun bagi orang yang sama sekali tidak piawai dalam urusan dapur seperti saya, ini tetap merupakan tantangan tersendiri. Namun lagi-lagi, semangat untuk mengoptimalkan waktu, mumpung masih diberi kesempatan, membuat saya berupaya keras mengalahkan kemalasan. Kapan lagi suami tersedia selalu sebagai korban eksperimen memasak istrinya?

Menuntaskan target hafalan, kemudian mengajak fayyadh menghafal bersama. Saya Ingin fayyadh dekat dengan AlQuran sejak dini, dan mustahil itu terjadi jika tidak dimulai dari bunda sendiri. Amanah sebagai ibu tentu tidak hanya mengantar anak pada kesuksesan dunia saja kan? Sebab menurut saya sukses seorang ibu sebenarnya justru terletak pada keberhasilannya mendidik generasi Rabbani, yang berorientasi pada kehidupan yang abadi nanti.

Resolusi yang sangat sederhana ya? Namun itulah keseluruhan mimpi yang saya miliki dan ingin saya genggam erat saat ini. Mimpi untuk menggenapkan bakti sebagai seorang istri, dan mengoptimalkan peran sebagai seorang ibu. Saya mendamba ridha-Nya, dari ridha anak dan suami saya.

_______________________________________________________________________________

Postingan ini diikutsertakan dalam give-away-kamera-lomo-underwater-aquapix-dari-leciculalolita

4 comments:

  1. Itu mah resolusi yang sangat luar biasa mbak... Lebih dari biasa.. Subhanallah.. Pengen tiru juga ah resolusinya.. Keren solanya... hihihi

    Bisa ngatur uang, bisa masak dan jaga plus nambah hafalan Qurannya.. Hilangkan rasa malas...

    Paling suka kata2 : "Kapan lagi suami tersedia selalu sebagai korban eksperimen memasak istrinya?" Bener banget itu kata2 itu.. Kapan lagi kan suami ada di samping kita selalu.. ^^

    ReplyDelete
  2. Haduh,jadi malu..
    Itu karena beneran lagi norak sok penganten baru, jadi deh orientasinya muter2 disitu.

    Sadar diri bgt soalnya dek,ga selamanya dikasih nikmat bareng2 sekantor-serumah. Mutasi kan sesuatu yg misterius,tapi pasti.
    Jadi mumpung bareng2, pengen bener2 mengoptimalkan peran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju.. Aku harus banyak2 bersyukur ya penempatan disini, sekantor sama suami pula dan kantornya ga ada instansi vertikalnya.. Alhamdulillah ^^

      Jadi malu aku, suka kurang perhatian sama suami..hihihi padahal udah di kasih nikmat buat bareng2 terus.. ^^

      Delete
  3. Bener-bener musti disyukuri itu..kebersamaan itu kebahagiaan tersendiri. Tdk berarti yg tdk bersama-sama tdk bahagia, namun ada beberapa kebahagiaan yang lebih mudah digapai dgn kebersamaan..

    ReplyDelete

Menyenangkan membaca komentar dari teman-teman. :D