aku ingin mencintaimu dalam doa
tidak lupa, tak pula tergesa.
aku ingin mencintaimu dalam secangkir teh senja.
gula secukupnya, karena pahit tak kan meniada sepenuhnya.
aku ingin mencintaimu dalam senyum,
dari hatiku
dari mataku.
aku ingin mencintaimu dalam doa
tidak lupa, tak pula tergesa.
aku ingin mencintaimu dalam secangkir teh senja.
gula secukupnya, karena pahit tak kan meniada sepenuhnya.
aku ingin mencintaimu dalam senyum,
dari hatiku
dari mataku.
bukan tiada,
mataku tak jeli menandai
lisanku terlambat menamai
senyum pun urung menghias pipi
satu dua, aku belajar mengeja
menghitung nikmat yang sesungguhnya tak hingga
pada senyum tulus pukul dua pagi, demi melihat kedatangan yang dinanti
pada kantuk yang ditahan pukul tiga, demi simpuh sujud dan pinta baginya
pada isak teredam tanpa suara, demi bisa kembali kuat dalam perjalanan yang disepakati
pada palung palung kecewa yang tertutupi rapal doa, demi sebuah janji pengguncang Arsy
kuadukan pada ombak
: ajal tak pernah tertebak
sekedip mata henti detak
raga pergi, kenangan terpaku mati
air mata surut, luka tak henti denyut
Ibu,
ternyata tanpamu
kian riuh monolog bisu