here |
here |
Perbedaan besar terjadi karena sesuatu yang (nampaknya) kecil.
sebuah buku mungil bertuliskan things to do today
here |
bahwa kasih sayangNya mendahului murkaNya
bahwa ampunanNya melebihi keseluruhan jumlah buih di lautan
Rabb
hamba malu padaMu
pada kerdilnya pinta dalam doa
pada terbatanya hamba mengeja suratan petunjukMu
pada enggannya mata, hati, kaki dan tangan menjawab panggilan cintaMu
pada penundaan, penghindaran, dan pengabaian hamba atas perintahMu
sementara kasihMulah yang melindungi
dan kuasaMulah yang mengabulkan
![]() | ||
source |
Bunda dan Fayyadh sedang menikmati merah senja kemarin, ketika tiba-tiba fayyadh menghadapkan wajahnya ke bunda, kemudian melafalkan lima ayat pertama Surat AlFatihah.
Tanpa diminta.
Teraduk perasaan bunda saat itu.
Suara lirih dari bibir mungilnya terdengar jauh menghujam ke dalam.
Diantara bongkah haru yang menyeruak, bunda tersentak.
Laki-laki kecil ini,dalam fitrah kebaikan yang dia miliki,akan menjadi seperti apa kelak dewasa nanti.
Laki-laki kecil yang diamanahkan pada kami dalam keadaan suci,yang pasti akan Dia minta kembali,dalam keadaan seperti apa dia akan menjalani hari demi harinya di dunia fana ini?
Kemudian pertanyaan utamanya, sebagai madrasah pertamanya, bekal apa yang telah bunda siapkan?
Agar laki-laki kecil bunda senantiasa dalam jalan kebaikan, jalan para pencari keridhaan.
Senja beringsut pergi, sayup suara adzan terdengar di kejauhan.
Saatnya melangitkan pinta dan doa.
![]() | |||||||||||
here |
Kembali akan mengakrabi rindu. Sebab mulai tanggal 20 Mei ini, suami dipindahtugaskan ke kantor baru.
Sekali lagi berkarib dengan rindu. Sebab meski hanya tiga jam perjalanan, namun sanggup memaksa pada lima hari kerja dalam keterpisahan.
Akan menjadi ayah pekan-an. Suami minggu-an.
Tentang mutasi, bukan hal asing dalam rumah tangga kami yang baru seumur jagung ini. Secara mental, kemungkinan keterpisahan jarak bukan lagi wacana baru. Namun ketika pengumuman mutasi itu datang, tentu saja tidak hanya logika yang bicara.
Benar, kami telah bersiap. Namun dalam kadar kemanusiaan kami, rasanya sungguh enggan berpindah dari kondisi nyaman kebersamaan.
Benar, bahwa bagi kami ini merupakan panggilan tugas. Tapi kami tidak bisa berpura-pura tuli atas lirih kata hati yang keberatan.
Namun kami tidak ingin menjadi cengeng. Sebab semua ini adalah konsekuensi dari pilihan yang secara sadar kami ambil sendiri. Maka sungguh tidak ksatria jika kemudian enggan menjadi penghalang langkah kaki.
Kami yakin, enggan yang pada mulanya hadir tidak akan kekal. Keikhlasan dan semangat akan terkumpul perlahan. Hingga kami bisa menikmati keterpisahan (kembali) ini dengan bening hati. Tanpa sesal, tanpa kesal, tanpa iri.
Allah ingin kami belajar kembali. Mungkin ada hikmah yang luput kami pungut. Atau tersedia hikmah lain yang kemarin belum Dia hadirkan.
Semoga kepindahan ini membawa kemanfaatan.
Semoga mutasi ayah berlimpah berkah.
fotonya mam bihun pas masih 14bulan..gak sempet foto pas mam spaghetti tadi pagi |
maafkan kaki yang mulai berat melangkah.
maafkan pundak yang kian melengkung turun.
ada masa ketika kelemahan muncul,
ada saatnya kesalahan menuntut balas dendam.
ada waktunya semua getir, tidak bisa tidak, harus ditelan.
ketika masa itu tiba
tetap tersedia pilihan-pilihan.
berhenti, menyudahi.
atau tetap menapak maju, satu demi satu.
![]() |
here |
"bunda nyapu aja"
sambil tersenyum lelaki itu mengangsurkan sapu padaku, lalu berbalik ke wastafel dan mulai mencuci satu demi satu piring, sendok dan toples kotor yang belum sempat kubereskan semalam.
Kamu ingat, di kehamilan kedua ini, bunda selalu merasa kurang nyaman bermain air pagi-pagi.
Sekadar mengangkat kepala, untuk kemudian terjatuh di atas bantal kembali ketika kudengar suara salammu malam itu. Bahkan mencium tanganmu seperti biasa pun aku belum sanggup. Kantuk menjerat hebat. Selama hamil ini, menguap berkali-kali menjadi alarm datangnya pukul sembilan malam bagi bunda,yang sebelumnya hobi begadang. Lalu kamu, hanya tersenyum, membersihkan diri dan mengambil sendiri makan malam yang demikian terlambat, dengan lauk seadanya tanpa dihangatkan lebih dulu.
Setiap percakapan telepon kita, selalu terselip pesan bagi bunda untuk teratur dan banyak makan. Bahkan kamu sempat menghitung berapa kali bunda melewatkan makan malam.
![]() |
here |
![]() |
here |
source |
berikan kekuatan, Ya Rahman, agar amanah ini mampu kami tunaikan |
Tuhan,
aku ingin mengajakMu berbincang
tentang daftar keinginanku yang amat panjang
namun bisakah sesekali malam Engkau marahi?
karena selimut pekatnya terlalu rapat membungkus lelahku hingga terlampau sulit bagiku menemuiMu
tapi aku masih ingin mengajakMu berbincang,
sebab banyak hal yang ingin kutanyakan
mungkin di waktu siang, sesudah aku kenyang
namun bisakah matahari pongah itu Engkau tegur sesekali?
karena sebelum dia benar-benar tenggelam, rasanya terlalu penuh kepalaku dengan to do list hari ini
hingga mustahil aku mencuri waktu untuk berlari kepadaMu
tapi, Tuhan
aku sungguh ingin mengajakMu berbincang
namun tentu bukan sekarang
aku masih belum bosan menikmati indahnya dunia
Jadi,
kapan kita berbincang,Tuhan?
sumber |
![]() | |||||||||||
malumalumalu |
Lafadz takbiratul ihramnya di musalla kantor sore ini, mengingatkan pada sepotong petang yang akan tetap terkenang.
Selepas maghrib di hari pertamamu sebagai suami.
kita kembali ke serambi masjid yang menjadi saksi ikrar pengguncang Arsy.
Kali ini, dalam balutan kemeja coklat bergaris, engkau berdiri di antara riuh canda anak-anak.
Aku menikmati caramu mengajak mereka mengenal Allah.
Suaramu, yang kuhafal dan selalu kukenal, membawakan penggal-penggal kata kebaikan.
Dan anak-anak itu, meski tak mengenalmu, mendengarkan.
Secuil makna teduh hadir.
Hingga seluruh getar dalam hati diam-diam mengiba doa.
Rabbi, tetapkan hatinya pada kebaikan.
Jagalah kami agar terus saling membersamai dalam kebaikan.
Untuk senantiasa memperjuangkan kebaikan.
Ayah,
semoga Allah senantiasa menjagamu. Menjaga azzam kebaikanmu. Menjaga nyala juangmu untuk menjaga kami dari api neraka yang menyala.
sumber |
![]() |
source |
![]() |
source |
*lap lap debu dulu
Lama banget blog ini tak berpenghuni, eh ada sih, tapi penghuninya cuek aja gitu gak juga nambahin isi. Maaf ya, rumah kedua..
Sedang disibukkan oleh beberapa hal. Ceritanya sih, menyusun skala prioritas (uhuk!).
Soalnya kemarin sempat terjebak dalam "blogku mengalihkan duniaku". Beberapa hal yang seharusnya didahulukan jadi tertunda gara-gara kecanduan. Akhirnya, keteteran mengejar ketinggalan. Beberes sana, benahi sini, menyelesaikan ini, menuntaskan itu.
Jadilah memaksa diri untuk berpisah sejenak. Karena bagaimanapun yang berlebihan itu pasti tidak bijak, ya kan?
*padahal sebenarnya udah kangen nulis-nulis kurang penting cerita-cerita, udah gatel mau ikutan giveaway dan tentu saja kangen bersapa dengan teman-teman dunia maya.
Semoga sesudah ini bisa lebih pinter manage waktu. Melakukan kesenangan tanpa mengorbankan kewajiban. Belajar bersikap seimbang.
Oke mari kita beberes rumah dulu sebelum nerusin beresin rumah maya tercinta.
#siapin pel, sapu dan kemocengnya.
Semangaaaaaaat
Cinta itu aneh ya
hampir tiga minggu ini aku bisa melihat wajah lelapmu
bisa mengamati batik yang kau kenakan tiap kali
namun,
ada sebagian hati yang merindu larik bersahutan yang senantiasa menyela kerja kita
ada selarik rindu menemukan manis kata dan aksara
bukan,bukan
bukan aku tak mensyukuri semua
hanya saja,
sekerat rindu ini merayu penaku
untuk menarikan pengakuan
Hei kamu,
aku r i n d u
![]() |
source carikan kertas hampir 5 bulan lalu, ketika kebiasaan sms-an dan chatting dengan suami jauh berkurang secara frekuensi. |