Sebab segala yang bermula dari hati, akan bermuara ke sana pula.
Sebab jika apresiasi manusia saja dapat memercikkan bahagia, apatah lagi dengan berbalasnya pengharapan kemanusiaan atas ridha Yang Berkuasa Menciptakan.
Bunda dan Fayyadh sedang menikmati merah senja kemarin, ketika tiba-tiba fayyadh menghadapkan wajahnya ke bunda, kemudian melafalkan lima ayat pertama Surat AlFatihah.
Tanpa diminta.
Teraduk perasaan bunda saat itu.
Suara lirih dari bibir mungilnya terdengar jauh menghujam ke dalam.
Diantara bongkah haru yang menyeruak, bunda tersentak.
Laki-laki kecil ini,dalam fitrah kebaikan yang dia miliki,akan menjadi seperti apa kelak dewasa nanti.
Laki-laki kecil yang diamanahkan pada kami dalam keadaan suci,yang pasti akan Dia minta kembali,dalam keadaan seperti apa dia akan menjalani hari demi harinya di dunia fana ini?
Kemudian pertanyaan utamanya, sebagai madrasah pertamanya, bekal apa yang telah bunda siapkan?
Agar laki-laki kecil bunda senantiasa dalam jalan kebaikan, jalan para pencari keridhaan.
Senja beringsut pergi, sayup suara adzan terdengar di kejauhan.
Saatnya melangitkan pinta dan doa.
![]() | |||||||||||
here |
Kembali akan mengakrabi rindu. Sebab mulai tanggal 20 Mei ini, suami dipindahtugaskan ke kantor baru.
Sekali lagi berkarib dengan rindu. Sebab meski hanya tiga jam perjalanan, namun sanggup memaksa pada lima hari kerja dalam keterpisahan.
Akan menjadi ayah pekan-an. Suami minggu-an.
Tentang mutasi, bukan hal asing dalam rumah tangga kami yang baru seumur jagung ini. Secara mental, kemungkinan keterpisahan jarak bukan lagi wacana baru. Namun ketika pengumuman mutasi itu datang, tentu saja tidak hanya logika yang bicara.
Benar, kami telah bersiap. Namun dalam kadar kemanusiaan kami, rasanya sungguh enggan berpindah dari kondisi nyaman kebersamaan.
Benar, bahwa bagi kami ini merupakan panggilan tugas. Tapi kami tidak bisa berpura-pura tuli atas lirih kata hati yang keberatan.
Namun kami tidak ingin menjadi cengeng. Sebab semua ini adalah konsekuensi dari pilihan yang secara sadar kami ambil sendiri. Maka sungguh tidak ksatria jika kemudian enggan menjadi penghalang langkah kaki.
Kami yakin, enggan yang pada mulanya hadir tidak akan kekal. Keikhlasan dan semangat akan terkumpul perlahan. Hingga kami bisa menikmati keterpisahan (kembali) ini dengan bening hati. Tanpa sesal, tanpa kesal, tanpa iri.
Allah ingin kami belajar kembali. Mungkin ada hikmah yang luput kami pungut. Atau tersedia hikmah lain yang kemarin belum Dia hadirkan.
Semoga kepindahan ini membawa kemanfaatan.
Semoga mutasi ayah berlimpah berkah.
fotonya mam bihun pas masih 14bulan..gak sempet foto pas mam spaghetti tadi pagi |
maafkan kaki yang mulai berat melangkah.
maafkan pundak yang kian melengkung turun.
ada masa ketika kelemahan muncul,
ada saatnya kesalahan menuntut balas dendam.
ada waktunya semua getir, tidak bisa tidak, harus ditelan.
ketika masa itu tiba
tetap tersedia pilihan-pilihan.
berhenti, menyudahi.
atau tetap menapak maju, satu demi satu.